Minggu, 23 Juni 2013


Manusia mempunyai lima tingkatan di dalam salatnya, yaitu sebagai berikut:

Pertama, tingkatan orang-orang yang tidak menjaga waktu salat (lalai). tidak juga menjaga kesempurnaan wudunya, aturan-aturan dan rukun-rukun salat yang zahir, terlebih lagi nilai-nilai kekhusyukan salatnya.

Kedua, tingkatan orang yang menjaga waktu salat serta rukun-rukunnya yang zahir dan menjaga wudunya. Namun, melalaikan nilai-nilai kekhusyukan. Manusia yang berada dalam golongan ini keseringan tidak bersungguh-sungguh dalam melawan bisikan-bisikan dan godaan setan di dalam salatnya. dan juga sering tidak berkonsenterasi karena rasa was-was dan pikiran-pikiran kacau lainnya.

Ketiga, tingkatan orang yang menjaga waktu salat , rukun-rukunnya yang zahir dan juga menjaga wudunya. ia tampak bersungguh-sungguh dalam melawan bisikan-bisikan setan serta pikiran-pikiran lainnya. Golongan ini senantiasa bersungguh-sungguh untuk melawan musuhnya, agar salatnya tidak kecologan. di awal-awal ia bisa khusyuk, tapi kemudian setan berhasil memalingkannya. Ia kembali kembali melawan tapi lagi-lagi setan menguasainya, dan begitu seterusnya. Golongan ini berada di antara salat dan jihad (bersungguh-sungguh).

Keempat, tingkatan orang-orang yang menjaga waktu salat, rukun-rukunnya yang zahir dan menjaga wudu. Dan ia juga berhasil menggapai kekhusyukan. Hati manusia dalam golongan ini selalu disibukan dengan masalah salat dan merasa penghambaan kepada Allah.

Kelima, tingkatan ini merupakan tempat orang yang demikian menjaga waktu salat, kesempurnaan wudu, rukun-rukun dan nilai kekhusyukan. Ia juga menanggalkan hati dan menyerahkan sepenuh jiwa kepada Allah Swt. pikirannya tak lagi menapaki dunia tetapi tengah asyik bersama Allah. Salat yang mereka lakukan dibandingkan dengan tingkatan salat dari golongan lain lebih mulia dan lebih agung, seakan-akan seperti apa yang ada di antara langit dan bumi.

Dan mari kita renungkan, di tingkat manakah selama ini kita membidani salat?

Bertahmidlah pada Allah jika selama ini dan sampai detik ini jiwamu masih diberi ketegaran untuk menapaki salat layaknya mereka yang berada ditingkatan empat atau lima. Dan bagi kita yang masih betah menapaki salat layaknya mereka yang berada di tingkat ketiga, kedua ,bahkan yang pertama, "jangan pernah putus asa menunggu gerbang terbuka meski engkau terusir. dan jangan pernah berhenti memohon meski engkau tertolak, begitu gerbang terbuka segeralah masuk dengan rasa syukur kepadaNya, maka "bertaqwalah kepadaNya agar kamu beruntung"(QS.3:228)
(Diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shayyib, Karya,Ibnul Qayyim Al-Jauiziyyah)

Sumber : Buku "Saat Mentari Terbit" karya Mohammad al-Farobi


Oleh : Syafiqotul Ummah,
Mahasiswi Prodi Sastra Arab, Fakultas Adab, IAIN Sunan Ampel


0 komentar:

Posting Komentar