Pertama, tingkatan
orang-orang yang tidak menjaga waktu salat (lalai). tidak juga menjaga
kesempurnaan wudunya, aturan-aturan dan rukun-rukun salat yang zahir, terlebih
lagi nilai-nilai kekhusyukan salatnya.
Kedua, tingkatan orang
yang menjaga waktu salat serta rukun-rukunnya yang zahir dan menjaga wudunya.
Namun, melalaikan nilai-nilai kekhusyukan. Manusia yang berada dalam golongan
ini keseringan tidak bersungguh-sungguh dalam melawan bisikan-bisikan dan
godaan setan di dalam salatnya. dan juga sering tidak berkonsenterasi karena
rasa was-was dan pikiran-pikiran kacau lainnya.
Ketiga, tingkatan orang
yang menjaga waktu salat , rukun-rukunnya yang zahir dan juga menjaga wudunya.
ia tampak bersungguh-sungguh dalam melawan bisikan-bisikan setan serta
pikiran-pikiran lainnya. Golongan ini senantiasa bersungguh-sungguh untuk
melawan musuhnya, agar salatnya tidak kecologan. di awal-awal ia bisa khusyuk,
tapi kemudian setan berhasil memalingkannya. Ia kembali kembali melawan tapi
lagi-lagi setan menguasainya, dan begitu seterusnya. Golongan ini berada di
antara salat dan jihad (bersungguh-sungguh).
Keempat, tingkatan
orang-orang yang menjaga waktu salat, rukun-rukunnya yang zahir dan menjaga
wudu. Dan ia juga berhasil menggapai kekhusyukan. Hati manusia dalam golongan
ini selalu disibukan dengan masalah salat dan merasa penghambaan kepada Allah.
Kelima, tingkatan ini
merupakan tempat orang yang demikian menjaga waktu salat, kesempurnaan wudu,
rukun-rukun dan nilai kekhusyukan. Ia juga menanggalkan hati dan menyerahkan
sepenuh jiwa kepada Allah Swt. pikirannya tak lagi menapaki dunia tetapi tengah
asyik bersama Allah. Salat yang mereka lakukan dibandingkan dengan tingkatan
salat dari golongan lain lebih mulia dan lebih agung, seakan-akan seperti apa
yang ada di antara langit dan bumi.
Dan mari kita renungkan,
di tingkat manakah selama ini kita membidani salat?
Bertahmidlah pada Allah
jika selama ini dan sampai detik ini jiwamu masih diberi ketegaran untuk
menapaki salat layaknya mereka yang berada ditingkatan empat atau lima. Dan
bagi kita yang masih betah menapaki salat layaknya mereka yang berada di
tingkat ketiga, kedua ,bahkan yang pertama, "jangan pernah putus asa
menunggu gerbang terbuka meski engkau terusir. dan jangan pernah berhenti
memohon meski engkau tertolak, begitu gerbang terbuka segeralah masuk dengan
rasa syukur kepadaNya, maka "bertaqwalah kepadaNya agar kamu
beruntung"(QS.3:228)
(Diambil dari kitab
Al-Wabil Ash-Shayyib, Karya,Ibnul Qayyim Al-Jauiziyyah)
Sumber : Buku "Saat Mentari Terbit" karya Mohammad al-Farobi
Sumber : Buku "Saat Mentari Terbit" karya Mohammad al-Farobi
Oleh : Syafiqotul Ummah,
Mahasiswi Prodi Sastra
Arab, Fakultas Adab, IAIN Sunan Ampel
0 komentar:
Posting Komentar