Setiap individu pasti
membutuhkan cinta dan kasih, sebagian besar manusia akan berpendapat bahwa
kasih merupakan sesuatu yang bersifat sakral nan suci. Namun kasih tidak dapat
didefinisikan tapi dapat dipraktekkan. Tak dapat digambarkan namun dapat langsung
dirasakan.
1. Kata-kata pendukung atau pujian dan
penghargaan
Kebutuhan
primer selain sandang, pangan, papan yang sering dilupakan sebagian besar
orang adalah penghargaan. Bahasa kasih
ini biasanya ada pada individu yang mempunyai kepribadian koleris dan
sanguinis, mereka butuh untuk diakui dan dihargai khususnya bagi kaum adam.
2. Saat-saat mengesankan (perhatian, waktu
yang berkualitas)
Bahasa kasih ini
biasanya ada pada individu yang memiliki kecenderungan melankolis, mereka
membutuhkan lebih banyak perhatian dan waktu khusus untuknya, khususnya bagi
kaum hawa.
3. Hadiah
Hadiah
tidak perlu mahal, hadiah yg berkesan dan bermakna akan menjadi kenangan
terindah bagi seseorang. “Saling memberi hadiah lah kalian, niscaya kalian
saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian. " (HR. Imam Malik).
4. Pelayanan
Tipe
orang yang memiliki bahasa kasih ini biasa kita sebut dengan “manja”, orang
yang selalu ingin dilayani (dalam hal fisik maupun psikis). Secara tak sadar,
orang yang bertipe ini percepatannya akan jauh lebih baik apabila dilayani dan
selalu didukung daripada memilih untuk mandiri.
5. Sentuhan fisik
Sentuhan
fisik ini jangan dianggap berkonotasi negatif ya? Namun artian sentuhan di sini
adalah memberikan rasa aman dan nyaman bagi yang membutuhkan bahasa kasih ini.
Menurut penelitian, bayi yg sering disentuh akan lebih cerdas dan aktif
sedangkan bayi yang jarang disentuh akan menjadi lebih rentan, gampang jatuh
sakit, sistem imunnya rendah. Hal ini akan terbawa hingga menjelang dewasa.
Semua manusia pasti
membutuhkan kelima bahasa kasih yang telah disebutkan diatas, namun
sebenarnya hanya ada 1 atau 2 bahasa kasih yang primer, yakni
bahasa kasih sesungguhnya yang paling dibutuhkan oleh tiap individu.
Jadi, yang manakah bahasa
kasih anda??
Renungkan..
Oleh : Mufidah Kurnia
Sari,
Mahasiswi Prodi
Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga
0 komentar:
Posting Komentar