Jumat, 28 Juni 2013


Suatu pagi seperti biasa Romo Kyai jalan-jalan di halaman pondok. Kami yang menemani saat itu ikut ‘turun lapangan’ karena ada beberapa yang harus kami sowankan. Beberapa kali Romo Kyai jalan-jalan bolak-balik. Akhirnya beliau jalan ke atas menuju depan makam –saat itu masih garasi mobil--. Kami mengikutinya. Yang tidak kami duga beliau belok masuk ke kamar mandi belakang garasi.

Iki sek rusuh.. koso’en..” kata beliau. Kami pun bergegas ambil sikat besar di pojok kamar mandi.

“osseekk.. osseek”. Begitu suara gaduh sikat bertemu dinding yang sebenarnya baru kemarin dibersihkan oleh teman-teman seksi kebersihan. “Sampun Kyai..” kata kami sambil melirik dinding yang kami kira sudah bersih.

Kosok maneh.. seng bersih..” jawab Romo Kyai sedikit meninggi. Kami pun akhirnya ‘turun’ sepenuhnya untuk lebih keras lagi menyikat dinding-dinding kamar mandi. Walhasil, mumpung basah sekalian nyebur juga.

Uswah yang buat kami kagum tak kepalang adalah betapa beliau sosok kyai yang sudah besar namanya tapi tak pernah lupa kepedulian pada hal-hal sepele yang bagi kami sudah cukup. Beliau sosok guru kami yang mengajarkan bagaimana bekerja tak setengah-setengah. Lakukan All Out. Kerahkan segala kemampuan dengan usaha terbaik. Walau masalah sepele.

Pelajaran berharga itu tak akan pernah terlupa oleh kami. Pelajaran yang tak ada dalam bangku diniyah bahkan kuliah. Pelajaran hikmah dari beliau yang telah sukses mencetak ratusan sampai ribuan santri hingga mereka menjadi para Kyai dan Bunyai. Oleh karenanya marilah sekali lagi merenung sejenak. Camkan pelajaran tentang kepedulian, baik kebersihan maupun yang lain, agar semakin mengukuhkan kemanfaatan dan keberkahan ilmu yang telah kita timba selama di pondok. Wallahua’lam.


Oleh: Ust. Mohammad Chusin

0 komentar:

Posting Komentar