Suatu pagi seperti biasa
Romo Kyai jalan-jalan di halaman pondok. Kami yang menemani saat itu ikut
‘turun lapangan’ karena ada beberapa yang harus kami sowankan. Beberapa kali
Romo Kyai jalan-jalan bolak-balik. Akhirnya beliau jalan ke atas menuju depan makam
–saat itu masih garasi mobil--. Kami mengikutinya. Yang tidak kami duga beliau
belok masuk ke kamar mandi belakang garasi.
“Iki sek rusuh..
koso’en..” kata beliau. Kami pun bergegas ambil sikat besar di pojok kamar
mandi.
“osseekk.. osseek”. Begitu
suara gaduh sikat bertemu dinding yang sebenarnya baru kemarin dibersihkan oleh
teman-teman seksi kebersihan. “Sampun Kyai..” kata kami sambil melirik
dinding yang kami kira sudah bersih.
“Kosok maneh.. seng
bersih..” jawab Romo Kyai sedikit meninggi. Kami pun akhirnya ‘turun’
sepenuhnya untuk lebih keras lagi menyikat dinding-dinding kamar mandi.
Walhasil, mumpung basah sekalian nyebur juga.
Uswah yang buat kami kagum
tak kepalang adalah betapa beliau sosok kyai yang sudah besar namanya tapi tak
pernah lupa kepedulian pada hal-hal sepele yang bagi kami sudah cukup. Beliau
sosok guru kami yang mengajarkan bagaimana bekerja tak setengah-setengah.
Lakukan All Out. Kerahkan segala kemampuan dengan usaha terbaik. Walau
masalah sepele.
Pelajaran berharga itu tak
akan pernah terlupa oleh kami. Pelajaran yang tak ada dalam bangku diniyah
bahkan kuliah. Pelajaran hikmah dari beliau yang telah sukses mencetak ratusan
sampai ribuan santri hingga mereka menjadi para Kyai dan Bunyai. Oleh karenanya
marilah sekali lagi merenung sejenak. Camkan pelajaran tentang kepedulian, baik
kebersihan maupun yang lain, agar semakin mengukuhkan kemanfaatan dan
keberkahan ilmu yang telah kita timba selama di pondok. Wallahua’lam.
Oleh: Ust. Mohammad Chusin
0 komentar:
Posting Komentar