Rabu, 12 Juni 2013


لَوْ أَنْزَلْنَا هذَا اْلقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خاَشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللهِ. وَتِلْكَ اْلأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ.
“Jikalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. Al Hasyr:21).

Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. saat beliau berusia 40 tahun. Tepatnya saat itu sebagai simbol pengutusan (bi’tsah nubuwwah) untuk menjadi rosul. Sekadar menghitung dari beberapa referensi, berapa usia Al-Qur’an selama berada di bumi ini. Bisa saya hitung sebagai berikut.

Nabi dilahirkan pada tahun 53 sebelum hijriyah. Sementara nabi diutus menjadi rosul pada usia 40 tahun. Sedang sekarang kalender hijriyah menunjukkan angka tahun 1434. Berarti bisa saya tulis: 53 – 40 = 13 + 1434 = 1447 tahun. Artinya usia Al-Qur’an sekarang sekitar 1447 tahun.

Namun, dalam momen kali ini yang ingin saya ambil pelajaran, yakni proses turunnya Al-Qur’an, pada siapa atau pada apa Al-Qur’an itu diturunkan. Mengutip pernyataan Al-Qur’an sendiri dan melihat sejarah tentang siapa yang menjadi tempat turunnya Al-Qur’an itu, ternyata bukanlah sebuah gunung yang kokoh yang terbuat dari bebatuan yang keras, (QS. Al Hasyr:21), tapi Al-Qur’an diturunkan kepada diri Muhammad Saw.
 
Muhammad merupakan keturunan dari bani Quraisy yang bertempat tinggal di sebuah kota di kawasan Arab. Sebuah negeri gersang nan panas bernama Makkah. Muhammad bin Abdullah yang pada riwayat hidupnya adalah seorang yatim ketika dalam masa kandungan. Dan menjadi piatu ketika usia enam tahun. Betapa berat hidup beliau yang pada usia tersebut sudah menyandang predikat yatim-piatu. Tak punya ayah maupun ibu.

Secara fisik Gunung dan nabi Muhammad sungguh tak sepadan kekuatannya. Antara benda alam yang sangat besar, kuat, dan tak bernyawa.  dan manusia yang kecil, hidup, berakal, dan punya hati.  Namun Al-Qur’an menyatakan jika dirinya diturunkan kepada gunung “pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah”.

Itulah bedanya. Hingga sejarah mencatat, Nabi Muhammad ternyata mampu menerima Al-Qur’an. Meski hanya perumpaan, gunung yang hancur karena takut kepada Allah itu memberi gambaran pada kita bahwa betapa dahsyatnya ketika Al-Qur’an diturunkan. Kalau memakai logika, gunung saja hancur apalagi manusia.

Namun, barangkali Al-Qur’an disetting untuk diturunkan bukan langsung kepada gunung atau makhluk lainnya. Yang pasti Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad. Dan saya hanya bisa bersyukur saja Al-Qur’an yang turun pada Nabi 1444 tahun yang lalu telah sampai pada saya. Dan berdoa semoga mampu mengamalkan isinya dan semakin tunduk sebagaimana gunung tunduk karenaNya.


Oleh : Ust. Musthofa Al Makky, M. Hum

0 komentar:

Posting Komentar