Selasa, 27 Agustus 2013



Ada bermacam-macam tradisi perayaan hari raya Idul Fitri di Indonesia. Beragam macam adat istiadat di berbagai daerah Nusantara, mulai dari Grebeg Syawal di Jogja, Bakar Api di Bengkulu, Lebaran Topat di NTB, Meriam karbit di Kalbar, hingga Festival Tumbilotohe di Gorontalo.

Di antara  tradisi-tradisi itu, ada beberapa tradisi yang marak di negeri kita ini seperti mudik, “open house” silaturrahim dan terutama “sungkeman”. Pada hari raya Idul fitri, banyak orang kembali ke kampung halamannya untuk menyatakan rasa rindu mereka pada tanah kelahirannya dan mengisi waktu liburan hari raya bersama keluarga. Mereka juga mengunjungi segenap kerabat, saudara, dan para tetangga. Yang pertama kali dikunjungi adalah orang tua. Mengunjungi kedua orang tua untuk bersilaturrahim dan memohon maaf inilah yang disebut dengan istilah “sungkeman”. Tradisi “sungkeman” ini adalah sebuah adat yang sakral, karena itu orang-orang tak akan melewatkan tradisi ini saat hari raya Idul Fitri tiba.

Momen Idul Fitri bagi warga Indonesia adalah momen yang sangat berharga. Pada saat itu, mereka yang bekerja di luar daerah tempat tinggalnya bisa berkumpul bersama keluarga setelah lama berpisah. Dan bagi yang setiap hari berkumpul, mereka menyatakan permohonan maaf yang paling dalam pada sanak keluarga, terutama ayah dan ibu, atas segala kesalahan dan kekhilafan yang telah diperbuat selama setahun.

Ramadan, bulan penuh berkah untuk membersihkan diri dengan berbagai macam ibadah kepada Allah SWT. yang berlipat ganda nilai pahalanya, seperti puasa, membaca Alqur’an, qiyamul lail, dan sebagainya. Pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan, zakat fitrah ditunaikan sebagai simbol kepedulian terhadap kehidupan antar muslimin/muslimat. Dan hari Idul Fitri adalah tempo untuk menyempurnakan ibadah-ibadah itu dengan membuka pintu maaf kepada sesama manusia yang tak lepas dari salah, karena manusia juga mempunyai haq adamiy (hak kepada sesama manusia), yaitu hubungan yang baik dan benar antar manusia. Ketika seseorang mempunyai tanggungan atau pun kesalahan kepada orang lainnya, selayaknya ia harus meminta maaf pada orang tersebut. Maka pada saat Idul Fitri, semua orang akan berusaha melunasi haqq adamiy masing-masing.

Jika hubungan vertikal dan horizontal seseorang terjalin dengan indah, maka konsep Habl min Allah wa habl minan-naas (hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia) telah terealisasi. Hubungan vertikal yaitu antara manusia dengan Tuhan dan hubungan horizontal yaitu antara manusia dengan sesama manusia.

Sungguh indah suasana Idul Fitri di Indonesia. Masyarakat saling bermaaf-maafan, rumah-rumah diperindah untuk menyambut para tamu, beraneka makanan khas Idul Fitri semisal ketupat dan opor ayam disajikan, orang-orang datang bersilaturrahim  menyambung ikatan kasih sayang dan tali persaudaraan antar sesama muslim. Menjadikan kebersamaan masyarakat lebih akrab dan semakin kuat, kerukunan masyarakat pun terwujud.

Yang menarik dari bulan Syawal pada tahun 2013 di Nusantara ini yaitu pada tanggal 10 Syawal bertepatan dengan tanggal 17 Agustus, yaitu hari kemerdekaan Indonesia. Seolah-olah kata motivasi bagi masyarakat Indonesia semakin tebal. Kata “minal aidin wal faizin” (semoga menjadi bagian dari orang-orang yang kembali dan menang) yang masih belum luntur terlewatkan hari-hari, diperbarui dengan semangat “MERDEKA” kemerdekaan 17 Agustus. Ya, ” KEMBALI MENANG” dan “MERDEKA”.


Oleh : M. Badrus Salam,
Mahasiwa Fakultas Psikologi, UIN Malik Ibrahim Malang

0 komentar:

Posting Komentar