Sabrina, seorang perempuan muda yang cantik
jelita dan dalam pernikahannya telah dikarunia seorang putri. Dia pun memiliki
seorang suami yang menurut penilaiannya baik dan bertanggungjawab.
Sampai suatu ketika, Sabrina menemukan
sebuah email di laptop suaminya yang masih menyala, ia membacanya dengan
hati-hati. Ternyata email tersebut dikirim oleh seorang perempuan teman
sekantor suaminya. Dan apa yang dibaca Sabrina dalam email tersebut sangat
mengejutkannya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa perempuan itu adalah
‘wanita lain’ yang dicintai suaminya.
Terungkap sudah bahwa suaminya ternyata
mencintai perempuan tersebut, bahkan di salah satu email tersebut sang suami
juga menegaskan bahwa DIA TIDAK MENCINTAI SABRINA. Satu-satunya alasan mengapa
ia tetap mempertahankan rumah tangganya adalah karena rasa tanggung jawabnya
sebagai suami sekaligus ayah bagi putrinya.
Tak terbayangkan, betapa hancurnya perasaan
Sabrina saat membaca email-email tersebut. Tetesan air matanya terus mengalir
hingga membasahi jilbab anggunnya. Hatinya terluka begitu dalam. Sungguh
dirinya tak menyangka, bahwa laki-laki yang mendampingi hidupnya selama ini
ternyata sama sekali tidak mencintainya. Namun, apa yang dilakukan Sabrina
berikutnya adalah sesuatu yg amat mengagumkan.
Sabrina terus menangis saat mengingat
kembali masa-masa indah bersama sang suami. Tak pernah dia merasa ada yang
kurang dengan hubungan mereka. Dan sungguh Sabrina bertekad untuk kembali
merebut hati suaminya. Dia ingin suaminya kembali mencintainya seperti dulu.
Maka ia hapus air matanya dan mulai membenahi diri.
Hal pertama yang ia lakukan adalah memecah
tabungannya untuk membeli sebuah sepeda motor. Dengan motor tersebut, ia ingin
meringankan tugas suaminya mengantar jemput putrinya ke sekolah. Tak hanya itu,
Sabrina kerap membuatkan masakan spesial untuk suami tercintanya. Sabrina
memberikan sambutan hangat ketika suaminya pulang dari kantor. Merawat dengan
penuh perhatian ketika suaminya sakit. Bahkan ia kerap memberikan kejutan
istimewa untuk suaminya.
Sementara sang suami tak pernah tahu bahwa
istrinya telah mengetahui bahwa dirinya telah menaruh hati pada perempuan lain.
Kini, setelah Sabrina berjuang dengan gigih
untuk merebut hati suaminya kembali. Sang suami pun luluh. Kini binar cinta itu
membara kembali di matanya.
Diam-diam sang suami berencana menghadiahi
istrinya sebuah mobil, agar tak lagi kepanasan dan kehujanan saat mengantar
jemput putri mereka. Sembari menyatakan bahwa dia amat mencintai istrinya.
Amatlah sangat.
Namun, rencana tinggallah rencana. Belum
sempat sang suami menyatakan isi hatinya, ponselnya berbunyi. Seseorang
mengabarkan bahwa istrinya telah mengalami kecelakaan, dan pergi untuk selamanya....
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Istri yang berkepala dingin, mungkin
predikat itulah yang layak disematkan untuk Sabrina. Dia menyadari bahwa
suaminya sedang jatuh cinta pada perempuan lain. Namun, ia tidak bersikap
emosional dan frontal. Karena menurutnya seseorang yang sedang jatuh cinta itu
memang ‘jatuh’, dan masih bisa kita bantu untuk berdiri kembali.
Di dunia ini, berapa banyak para suami yang
melupakan kebaikan istrinya dan beralih mencintai perempuan lain?? Dan begitu
pula sebaliknya.
Cinta platonik. Jelas sekali akan sangat
melukai pasangan kita. Jangan coba-coba membandingkan pasangan kita dengan orang
lain. Pasangan kita pasti punya kekurangan, namun kita juga harus sadar bahwa
pasangan kita pasti punya kelebihan. Jika orang lain terlihat lebih sempurna di
mata kita, ketahuilah bahwa itu juga yg kita rasakan saat memutuskan untuk
memilih pasangan kita.
Cinta harus berkembang dan menebus semua
rintangan. Kuncup-kuncupnya tak boleh merekah semua seketika, untuk kemudian
layu. Rantingnya harus kuat menjulang dengan bunga-bunganya yang bertaburan di
sepanjang jalan kesetiaan. Jalan yang kita tapaki di bumi ini semoga kelak
mempertemukan kita kembali di langit.
Jaga kesetiaan cinta sebelum ajal
memisahkan dengan belahan jiwa tercinta,
sebelum terlambat...
Oleh : Mufida Kurniasari, Surabaya
Sumber
: http://mufida-kurniasari-fpsi10.web.unair.ac.id/
0 komentar:
Posting Komentar